45191. Hukum Menyemir Rambut Dengan Warna Merah Atau Kuning Apakah dibolehkan menyemir rambut dengan warna merah, kuning dan apakah warna yang dilarang. Khusus bagi pemuda yang rambutnya belum beruban, apakah dibolehkan baginya menyemir rambut dengan tujuan untuk berhias saja. Bagaimanapula jika pemuda tersebut niatnya ingin meneladani Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menyemir rambut, meskipun tidak ada ubannya, apakah perbuatan tersebut mendapatkan pahala Data de publicação: 2017-03-16 Menyemir rambut dibolehkan dengan semua warna, kecuali warna hitam. Tidak ada bedanya dalam masalah ini, baik orang tua atau anak muda. Tidak mengame menyemir rambut sebelum keluar uban. Disebutkan dalam Fatwa Lajnah Daimah (5168) soal berikut, quotSaya melihat sebagian orang menggunakan sejumlah bahan untuk mewarnai rambutnya, apakah hitam atau merah. Ada pula yang menggunakan bahan-bahan tertentu untuk melembutkan rambut keriting. Apakah hal ini boleh, dan apakah ada bedanya antara anak muda dan orang tua Lajnah menjawab, quamAlhamdulillah washshalatu wassalamu alaa rasuulillah, wa aalihi wa shahbih. Wa badu. Merubah warna rambut selain dengan warna hitam tidak mengapa. Demikian pula halnya menggunakan zat pelembut rambut ikal. Hukum ini berlaku sama bagi pemuda dan orang tua. Jika tidak ada bahaya dan zatnya suci, maka hukumnya boleh. Adapun merubah warna rambut dengan warna hitam murni, maka tidak boleh bagi laki-laki maupun wanita. Nabi shallallahu saw bersabda, quot159416141610161716161585161516081575 16071614158416141575 157516041588161716141610161815761614 1608161415751580161815781614160616161576161516081575 1575160415871617161416081614157515831614 (1585160815751607 1605158716041605) quotRubahlah warna uban itu, dan jauhi warna hitam. quot (HR. Muslim, não. 2102) Termasuk dalil yang menunjukkan pelarangan hal tersebut adalah apa yang Oleh diriwayatkan Abu Daud , não. 4212, dari Ibnu Abbas, diâmetro berkata, Rasulullah shallallahu saw bersabda, 1610161416031615160816061615 160216141608161816051612 16101614158216181590161615761615160816061614 160116161609 15701582161615851616 1575160415861617161416051614157516061616 157616161575160415871617161416081614157515831616 16031614158116141608161415751589161616041616 1575160416181581161416051614157516051616 160415751614 1610161415851616161015811615160816061614 158516141575157416161581161415771614 1575160416181580161416061617161415771616 (1608157516041581158316101579 1589158115811607 15751604157116041576157516061610 16011610 1589158116101581 157115761610 1583157516081583) quotAkan ada di akhir Zaman, kaum Yang menyemir rambutnya seperti bulu Merca, maka dia tidak mencium bau surga. quot (Hadits dishahihkan por Al-Albany dalam Shahih Abu Daud) Adapun dalil yang menunjukkan dibolehkannya menyemir dengan warna merah dan kuning, adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4211, dari Ibnu Abbas, dia berkata, quotSeorang yang menyemir rambutnya dengan hinna melewati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau berkata, Bagus sekali orang itu. Kemudian lewat lagi seseorang di depan beliau seorang yang menyemir rambutnya dengan hina dan katm, maka beliau berkata, Bagus sekali orang itu. Kemudian lewat lagi seseorang yang menyemir rambutnya keemasan, maka beliau berkata, yang ini lebih baik e yang lainnya. O dalam de Pembicara teve ini tentang menyemir rambut dengan warna lain, bukan menyemir secara mutlak, walaupun tidak beruban. Terkait dengan haditnya ini oleh Imam Albany dalam Kitab Misykatul Mashabih dikatakan jayid (baik). Penting diperhatikan tentang kaidah umum soal perhiasan dan selainnya. Yaitu dilarang apabila mengandung penyerupaan yang diharamkan. Seperti menyerupai orang kafir dan orang fasik. Karena hal ini diharamkan berdasarkan sabda Nabi shallallahu saw, 1605161416061618 15781614158816141576161716071614 15761616160216141608161816051613 160116141607161516081614 16051616160616181607161516051616 (1585160815751607 157115761608 15831575160815831548 158516021605 4031 16081589158115811607 15751604157116041576157516061610) quotSiapa yang menyerupai Suatu kaum, maka dia bagian dari mereka. quot (HR. Abu Daud, 4031, Oleh dishahihkan Al - Albany) Karena itu, sebelum masalah menyemir rambut yang diajukan penanya dihukumi boleh, penting dipastikan dahulu bahwa tindakannya tersebut tidak menyerupai orang kafir atau orang fasik atau siapa saja yang menjadi idola pemuda dari kalangan artis, atlit atau semacamnya. Sebagaimana juga dilarang jika semiran rambut condong menyerupai kaum wanita, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang menyerupai wanita dan melaknat pelakunya (Bukhari, 5435) Adapun terkait dengan semiran Rasulullah shallalalhu alaihi wa sallam terhadap rambutnya, maka diperselisihkan apakah beliau menyemir rambutnya atau tidak. Ibnu Qayim rahimahullah berkata, Para shahabat berbeda pendapat tentang semirannya. Anas berkata, Beliau tidak menyemir rambutnya. Abu Hurairah berkata, Beliau menyemir rambutnya. Hammad bin Salamah Meriwayatkan Dari Humaid bin Anas, dia berkata, Aku melihat rambut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disemir. Hamad berkata, Abdullah bin Muhammad bin Aqil mengabarkan kepadaku, dia berkata, Aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di samping Anas bin Malik, rambutnya disemir. quot Sebagian orang berkata, quotRasulullah shallallahu alaih wa sallam sering menggunakan minyak wangi sehingga rambutnya memerah, maka orang Mengira beliau menyemir rambutnya, padahal beliau tidak menyemirnya. quot Abu Ramtsah berkata, quotAku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama puteraku, lalu beliau bertanya, Apakah ini puteramu Aku katakan, Ya, aku bersaksi dengannya. Beliau berkata, Engkau jangan menzaliminya dan dia tidak boleh menzalimimu. Aku melihat ubannya memerah. quot Tirmizi berkata, Riwayat ini merupakan riwayat paling baik yang diriwayatkan dalam bab ini, karena riwayat-riwayat shahih menunjukkan bahwa Nabi tidak beruban. Hamad bin Salamah berkata por Sammak bin Harb, dikatakan kepada Jabir bin Samurah, Apakah di kepala Nabi ada uban Dia berkata, Di rambutnya tidak ada uban kecuali beberapa helai rambut di faméya kepalanya jika beliau memakai minyak, dan aku melihat minyaknya. quot (Zaadul Maad , 1169) Adaptação ao consumidor e ao consumidor Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam menyemir rambut, padahal tidak ada uban padanya, anda sudah mengetahui ada perbedaan yang kuat dalam hal apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyemir rambutnya atau tidak. Desarmamento de bahwa menyemir rambut yang dikatakan sunah bukan dari sisi menyemirnya, akan tetapi dari sisi tujuannya, yaitu untuk merubah uban dan berbeda dari Yahudi dan Nashrani dalam masalah ini. Berdasarkan Hadits Nabi shallallahu saw, 159416141610161716161585161516081575 157516041588161716141610161815761614 16081614160415751614 15781614158816141576161716141607161516081575 157616161575160416181610161416071615160815831616 (1585160815751607 15751604160615871575157416101548 4986 16081575160415781585160515841610 1548 1674) quotRubahlah (warna) uban dan jangan serupakan Yahudi. quot (RH. Nasai, n. 4986, Tirmizi, n. 1674) Dalam riwayat Musim (3924) disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, saat melihat uban di kepada bapak Abu Bakar, beliau berkata, quotRubahlah itu dengan sesuatu. quot Sedangkan dalam riwayat Bukhari (5448) diriwayatkan beliau bersabda, quotSesungguhnya Yahudi tidak menyemir rambutnya, maka berbedalah dengan mereka. quot Dengan demikian, maka menyemir rambut tanpa adanya uban tidak termasuk sunah dan tidak dianggap sebagai meneladani, karena tidak ada tuntutan untuk itu dan tidak ada maslahat syariah karena menyemir uban. Paling tinggi derajatnya dia adalah mubah selama tidak ada unsur tasyabbuh (penyerupaan) atau bahaya kesehatan atau semacamnya. Maka jika demikian, diharamkan. Soal Jawab Tentang IslamMingguan Malásia 08 de abril de 2001 Hukum mewarnakan rambut Oleh: DR. AMRAN KASIMIN SOALAN: Saya seorang remaja berusia 20-an. Saya mewarnakan rambut, kerana terikut-ikut dengan kawan. Saya merasa keliru tentang hukumnya, kerana terdapat pada pewarna itu tanda logo halal, seperti yang terdapat pada barang-barang keluaran yang dijamin bersih, tetapi sesetengah ustaz pula mengatakan haram. Soalan saya, apa hukum mewarnakan rambut dengan warna-warna perang dan hitam. Bagaimana dengan mandi hadas bagi mereka yang memakai pewarna rambut. Apa hukum jika tujuan mewarnakan rambut itu untuk menutup uban atau supaya dikata orang usianya masih muda. Jawapan tuan sangat saya hargai. - NOR, Alor Gajah, Melaka. Jawapan: Soalan tentang hukum mewarnakan rambut perlu dilihat dari pelbagai aspek, seperti tujuan mewarna, jenis-jenis warna dan pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan mewarna serta kesannya kepada diri, keluarga dan masyarakat. Sehubungan ini ada sebuah hadis berkaitan dengan penjagaan rambut yang diriwayat Abu Dawud daripada Abu Hurairah r. a. Rasulullah s. a.w. Bersabda yang membawa maksud: Sesiapa yang menyimpan rambut hendaklah ia mengemaskannya. (Miskat, 2491). Mengemaskan rambut ertinya tidak membiarkannya kusut masai, tidak terurus, berterbangan apabila ditiup angin atau dibiar menjadi sarang tempat kutu membiak dan sebagainya. Sebaliknya, rambut hendaklah dibersihkan setiap hari, diikat dan disapu minyak, supaya kelihatan sentiasa berseri. Bagi wanita pula hendaklah didandan atau diikat kemas, diwarnakannya jika sudah beruban dan tidak lagi diminati suaminya, tetapi hendaknya tidak dipamer kepada lelaki bukan mahramnya. Bagi wanita yang sudah lanjut usia dan tidak bersuami, tidak perlu lagi berbuat demikian, kerana tiada motif sebenar daripada pewarnaan rambutnya. Sebahagian ulama melarang perbuatan mewarnakan rambut secara mutlak, seolah-olah warna rambut tidak boleh diubah daripada warna asalnya, namun sejauh yang diperhatikan, dalil-dalil yang dikemukakan bagi pengharaman itu tidak lengkap, atau larangan itu hanya kepada lelaki sahaja, sedangkan wanita dikecualikan, atau Larangan dikhaskan kepada wanita tua yang mewarnakan rambutnya, supaya kelihatan muda dan bergaya, lalu diminati lelaki yang tertipu dengan rambut kepala yang kononnya masih hitam. Saya berpendapat, mewarnakan rambut hukumnya harus bagi wanita yang bersuami, jika tujuannya memperlihatkan kecantikan kepada suaminya sahaja, tetapi hendaklah tidak mempamerkannya kepada umum. Amalan ini boleh dimasukkan di bawah tuntutan penjagaan rambut, sebagaimana dalam hadis di atas. Selain itu menjaga keharmonian antara suami dan isteri sangat besar tuntutannya. Isteri tidak sia-sia, jika rambutnya yang putih itu tiba-tiba kelihatan hitam di hadapan suaminya. Bagaimanapun, wanita lebih suka memperlihatkan kecantikan dirinya kepada orang lain, bukan kepada suaminya. Abd. Rahman ibn al-Jawzi (114-1201 M.) berpendapat, lelaki juga harus mewarnakan rambut ubannya dengan apa jua warna, termasuk hitam. Beliau menjawab hadis-hadis yang melarang mewarna rambut itu sebagai khusus kepada mereka yang bermotif untuk memelihara nafsu mudanya, sekalipun usianya sudah cukup tua, sehingga tiada tanda-tanda ingin insaf atau semangat kembali kepada cara escondida yang mengutamakan hari akhirat. Sehubungan ini juga ada riwayat menyatakan, kaum Yahudi dan Nasara beranggapan mewarnakan rambut itu menjejaskan nilai-nilai agama dan ibadat seseorang manusia, justeru itu, kalangan agama dan paderi-paderi Yahudi dan Nasara tidak mewarnakan rambut mereka. Anggapan ini dikira suatu keterlaluan dalam agama yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Baginda Rasulullah s. a.w. Melarang umat Islam mencontohi Yahudi dan Nasara, sebaliknya mereka hendaklah menunjukkan cara hidup dan budaya yang berbeza dengan budaya mereka. Dalam konteks ini baginda dalam sebuah hadis riwayat Bukhari daripada Abu Hurairah r. a. Bersabda yang bermaksud: Kaum Yahudi dan Nasara tidak mewarnakan rambut mereka. Warnakan rambut kamu supaya tidak menyerupai mereka. Bagaimanapun, ulama sepakat berpendapat, mewarnakan rambut itu tidak wajib, ia hanya sunat sahaja. Sahabat-sahabat nabi yang arif tentang sunah seperti Ali ibn Abu Talib, Ubayy ibn Kab dan Anas ibn Malik tidak mewarnakan rambut mereka. Saya lebih cenderung kepada pandangan Ibn al-Jawzi eang dinyatakan di atas, iaitu setiap orang harus mengenali dirinya sendiri. Jika mewarnakan rambut itu bertujuan memungkinkan dirinya bersama-sama orang muda dalam gelanggang maksiat dan memuja nafsu, pada hal usianya sudah tiba untuk kembali bertaubat dan senasa ke masjid, sebenarnya orang ini masih belum sedarkan diri. Uban pada hakikatnya adalah penanda bahawa usia sudah tua, perjalanan hidupnya mungkin lebih separuh usia telah berlalu. Soalan selanjutnya, apakah jenis-jenis warna yang dibenarkan Adakah meliputi semaa adverte seperti hitam dan perang atau warna-warna tertentu sahaja. Ulama berpendapat, orang tua yang rambut kepala dan janggutnya sudah beruban putih, tidak wajar lagi memilih warna hitam, kerana warna ini hanya sesuai bagi orang muda. Jika berminat, pilihlah inai bagi mewarnakannya. Keharusan bagi orang tua, sesuai dengan sebuah hadis yang menyatakan, tetakala Abu Quhafah, iaitu bapa Abu Bakar al-Siddiq dibawa kepada nabi s. a.w. Pada hari pembebasan Mekah, apabila baginda melihat rambut kepala dan janggutnya beruban putih, lalu bersabda: Warnakan rambut dan janggutnya, tetapi jangan pilih warna hitam. (Muçulmano: bilangan 2102). Warna hitam dilarang, kerana Abu Quhafah adalah seorang tua yang tidak lagi sesuai dengan warna itu. Hadis ini menurut sesetengah ulama bermaksud, jika orang muda ditumbuhi uban pada kepala dan janggutnya, sedangkan ia masih pada usia yang biasanya belum lagi beruban, maka harus baginya mewarnakan rambut kepala dan janggutnya dengan apa jua warna termasuk hitam, lebih-lebih lagi jika jiwanya merasa Keberatan menerima kenyataan bahawa ia beruban pada usia itu. Hukum ini samalah dengan seorang yang cacat anggota, ia sangat malu dengan kecacatannya, maka Islam mengharuskannya memperbaiki kecacatan itu, supaya hidupnya lebih tenteram, perasaannya lebih tenang, kerana Allah tidak memberati seseorang, kecuali setakat termampu olehnya. Sehubungan ini Imam ibn Syiba al-Zuhri menyatakan: Kami berpendapat harus memilih warna hitam, jika kulit muka seseorang itu masih belum berkedut, giginya masih belum goyang, maksud beliau ialah waktu umurnya masih muda. Antara sahabat yang berpendapat harus memilih warna hitam ialah, Sad ibn Abu Waqqas, Uqbah ibn Amir, al-Hasan dan al-Husain, Jarir dan lain-lain. Sebahagian ulama termasuk Imam Syafii berpendapat haram menghitamkan rambut uban, kecuali bagi tentera ketika perang. Tujuannya supaya musuh berasa takut dan keliru dengan usianya yang masih muda. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Zarr al-Ghifari r. a. Katanya: Sabda nabi s. a.w. Yang bermaksud: Sebaik-baik pewarna bagi warnakan uban kamu ialah inai dan katam. Katam ialah pewarna yang diambil daripada sejenis pokok (Tirmizi: 1753. Abu Dawud: 4205). Hadis ini difahamkan warna inai hendaklah menjadi pilihan mereka yang ingin mewarnakan rambutnya. Melihat kenyataan yang ada dalam masyarakat Islamismo hari ini, kalangan muda mudi Islamismo ada yang mewarnakan rambut mereka dengan warna perang, kerana meniru atau terpengaruh dengan orang Barat yang perang warna rambutnya. Sebahagiannya pula mewarna-warnikan rambut, kerana mengamalkan budaya punk kononnya. Fenomena ini tidak wujud pada zaman awal Islam, terutama ketika orang Barat belum dianggap sebagai bangsa yang maju di dunia. Hukum Islam jelas dalam hal ini, iaitu melarang umatnya meniru dan menyerupai budaya dan cara hidup orang kafir. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah s. a.w bersabda yang bermaksud: Sesiapa menyerupai sesuatu kaum, maka ia tergolong dalam kumpulan mereka. Tidak syak lagi, meniru budaya como secundário membuta tuli, tanpa memikirkan faedahnya, adalah suatu amalan yang salah dan membuktikan pendewaannya kepada bangsa yang dicontohinya. Berbalik kepada soalan tentang bahan pewarna yang bertanda logo halal yang biasanya menunjukkan bahan itu bersih dan halal diguna. Saya kurang pasti sama ada pewarna itu untuk mewarna makanan dan minuman atau untuk mewarna rambut. Sepanjang pengetahuan saya, logo halal biasanya diletak pada makanan dan minuman sahaja. Barang-barang lain seperti pakaian dan alat-alat solek tidak diletakkan tanda itu. Kita di sini berbincang soal halal haram bukan pada makanan, kerana makanan bergantung kepada sama ada suci atau najis sesuatu bahan yang hendak dimakan, sedangkan hukum mewarna rambut tidak kena-mengena dengan sama ada suci atau najis bahan itu, tetapi pada dalil, tujuan dan motivo Pewarnaan itu dilakukan. Untuk pengetahuan puan yang bertanya juga, hukum mewarna rambut ini tiada kena-mengena dengan hukum mandi hadas dan wuduk kerana hukum mandi hadas dan wuduk ialah wajib meratakan air pada anggota badan yang wajib dibasuh. Jika bahan yang diguna bagi mewarnakan rambut itu menghalang sampainya air kepada anggota yang dibasuh maka hendaklah dibujo terlebih dahulu bahan itu, terutama sebelum wuduk dan mandi hadas. Ini bermakna bukan semua pewarna menghalang sampai air, puan dengan mudah sahaja dapat membezakan antara pewarna yang menghalang dan tidak menghalang sampai air. Bahan-bahan seperti kunyit tidak menghalang, tetapi bahan seperti cat dan cecair getah tentunya melekat dan menghalang. Seseorang yang ingin mandi hadas atau berwuduk, hendaklah mempastikan diri atau anggota wuduknya bersih daripada bahan-bahan seperti cat dan getah terlebih dahulu. Pembaca yang ada kemusykilan alamatkanlah soalan kepada: Dr. Amran Kasimin, Lote 3673, Jalan Aman, Kampung Sungai Merab Luar, 43000 Bangi, Selangor.
No comments:
Post a Comment